Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik Demokratik Timor Leste (juga disebut Timor Lorosa’e)
adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Terletak di sebelah utara
Australia dan di bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah negara ini
juga meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan enklave
Oecussi-Ambeno di Timor Barat. Luas negara Timor Leste adalah sekitar
15,410 km2 (5,400 sq mi).
Timor
Leste pernah dijajah Portugis pada abad ke 16 dan dikenal sebagai Timor
Portugis sampai Portugis melepas negara ini. Pada tahun 1975, Timor
Leste memproklamasikan kemerdekaannya, tetapi Indonesia menjadikan
wilayah Timor Leste ini sebagai provinsi ke-27 dengan nama Timor Timur.
Setelah referendum yang diadakan pada tanggal 30 Agustus1999, di bawah
perjanjian yang disponsori oleh PBB antara Indonesia dan Portugal,
mayoritas penduduk Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia. Timor
Timur menjadi negara berdaulat pertama pada abad ke-21 yaitu pada
tanggal 20 Mei 2002. Ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk
memakai nama Portugis "Timor Leste" sebagai nama resmi negara mereka.
Timor Leste menjadi salah satu dari dua negara yang didominasi oleh umat
Katolik Roma di Asia Timur setelah Filipina.
Republik Demokratik Timor Leste
República Democrática de Timor-Leste (Portugis)
Repúblika Demokrátika Timór-Leste (Tetum)
Motto: Unidade, Acção e Progresso (Portugis)
(Persatuan, Tindakan dan Kemajuan)
Lagu kebangsaan: Pátria
Kemerdekaan (dari Portugal dan Indonesia)
Luas
|
Asal Mula Nama Timor Leste
Kata “Timor” berasal dari kata timur, kata yang berarti “timur” dalam Bahasa Indonesia dan Melayu. Yang menjadi Timor dalam Portugis. “Lorosa’e” adalah sebuah kata yang berarti timur dalam bahasa Tetun, untuk kata Timor Lorosa’e.
Nama resminya setelah konstitusi adalah República Democrática de Timor-Leste dalam bahasa Portugis dan Repúblika Demokrátika Timor-Leste dalam bahasa Tetun.
Sejarah Timor Leste
Sejarah Timor Leste
berawal dengan kedatangan orang Australoid dan Melanesia. Orang dari
Portugal mulai berdagang dengan pulau Timor pada awal abad ke-15 dan
menjajahnya pada pertengahan abad itu juga. Setelah terjadi beberapa
bentrokan dengan Belanda, dibuat perjanjian pada 1859 di mana Portugal
memberikan bagian barat pulau itu. Jepang menguasai Timor Timur dari
1942 sampai 1945, namun setelah mereka kalah dalam Perang Dunia II
Portugal kembali menguasainya.
Pada
tahun 1975, FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan
Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28
November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa
selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste
antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan
pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya
adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia).Tak lama kemudian,
kelompok pro-integrasi mendeklarasikan integrasi dengan Indonesia pada
30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan Indonesia untuk mengambil
alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan Komunis.
Ketika
pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember 1975,
FRETILIN didampingi dengan ribuan rakyat mengungsi ke daerah pegunungan
untuk untuk melawan tentara Indonesia. Lebih dari 200.000 orang dari
penduduk ini kemudian mati di hutan karena pemboman dari udara oleh
militer Indonesia serta ada yang mati karena penyakit dan kelaparan.
Banyak juga yang mati di kota setelah menyerahkan diri ke tentara
Indonesia, namun Tim Palang Merah International yang menangani
orang-orang ini tidak mampu menyelamatkan semuanya.
Selama
perang saudara di Timor Leste dalam kurun waktu 3 bulan
(September-November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama 24
tahun (1975-1999), lebih dari 200.000 orang dinyatakan meninggal (60.000
orang secara resmi mati di tangan FRETILN menurut laporan resmi PBB).
Selebihnya mati ditangan Indonesia saat dan sesudah invasi dan adapula
yang mati kelaparan atau penyakit. Hasil CAVR menyatakan 183.000 mati di
tangan tentara Indonesia karena keracunan bahan kimia dari bom-bom
napalm, serta mortir-mortir.
Timor
Leste menjadi bagian dari Indonesia tahun 1976 sebagai provinsi ke-27
setelah gubernur jendral Timor Portugis terakhir Mario Lemos Pires
melarikan diri dari Dili setelah tidak mampu menguasai keadaan pada saat
terjadi perang saudara. Portugal juga gagal dalam proses dekolonisasi
di Timor Portugis dan selalu mengklaim Timor Portugis sebagai wilayahnya
walaupun meninggalkannya dan tidak pernah diurus dengan baik.
Amerika
Serikat dan Australia "merestui" tindakan Indonesia karena takut Timor
Leste menjadi kantong komunisme terutama karena kekuatan utama di perang
saudara Timor Leste adalah Fretilin yang beraliran Marxis-Komunis. AS
dan Australia khawatir akan efek domino meluasnya pengaruh komunisme di
Asia Tenggara setelah AS lari dari Vietnam dengan jatuhnya Saigon atau
Ho Chi Minh City.
Namun
PBB tidak menyetujui tindakan Indonesia. Setelah referendum yang
diadakan pada tanggal 30 Agustus1999, di bawah perjanjian yang
disponsori oleh PBB antara Indonesia dan Portugal, mayoritas penduduk
Timor Leste memilih merdeka dari Indonesia. Antara waktu referendum
sampai kedatangan pasukan perdamaian PBB pada akhir September 1999, kaum
anti-kemerdekaan yang konon didukung Indonesia mengadakan pembantaian
balasan besar-besaran, di mana sekitar 1.400 jiwa tewas dan 300.000
dipaksa mengungsi ke Timor barat. Sebagian besar infrastruktur seperti
rumah, sistem irigasi, air, sekolah dan listrik hancur. Pada 20
September 1999 pasukan penjaga perdamaian International Force for East
Timor (INTERFET) tiba dan mengakhiri hal ini. Pada 20 Mei 2002, Timor
Timur diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama
Timor Leste dengan sokongan luar biasa dari PBB. Ekonomi berubah total
setelah PBB mengurangi misinya secara drastis.
Semenjak
hari kemerdekaan itu, pemerintah Timor Leste berusaha memutuskan segala
hubungan dengan Indonesia antara lain dengan mengadopsi Bahasa Portugis
sebagai bahasa resmi dan mendatangkan bahan-bahan kebutuhan pokok dari
Australia sebagai "balas budi" atas campur tangan Australia menjelang
dan pada saat referendum. Selain itu pemerintah Timor Leste mengubah
nama resminya dari Timor Leste menjadi Republica Democratica de Timor
Leste dan mengadopsi mata uang dolar AS sebagai mata uang resmi yang
mengakibatkan rakyat Timor Leste menjadi lebih krisis lagi dalam hal
ekonomi.
Politik di Timor Leste
Kepala
Negara Republik Timor Leste adalah seorang presiden, yang dipilih
secara langsung dengan masa jabatan selama 5 tahun. Meskipun fungsinya
hanya seremonial saja, ia juga memiliki hak veto undang-undang. Perdana
Menteri dipilih dari pemilihan multi partai dan diangkat/ditunjuk dari
partai mayoritas sebuah koalisi mayoritas. Sebagai kepala pemerintahan,
Perdana Menteri mengepalai Dewan Menteri atau Kabinet dalam Kabinet
Pemerintahan.
Parlemen Timor Leste hanya terdiri dari satu kamar saja dan disebut Parlamento Nacional.
Anggotanya dipilih untuk masa jabatan selama lima tahun. Jumlah kursi
di parlemen antara 52 dan 65 tetapi saat ini berjumlah 65. Undang-Undang
Dasar Timor Leste didasarkan konstitusi Portugal.
Timor Leste menjadi anggota ASEAN pada tahun 2007 dengan dukungan dari Indonesia.
Pembagian Administratif Timor Leste
Secara
administratif Timor Leste dibagi menjadi 13 distrik, 65 subdistrik, 442
sucos (desa), dan 2.225 aldeias. Berikut adalah daftar distrik di Timor
Leste:
-
Aileu
-
Ainaro
-
Baucau
-
Bobonaro
-
Cova-Lima (Suai)
-
Dili
-
Ermera
-
Lautem (Lospalos)
-
Liquica
-
Manatuto
-
Manufahi (Same)
-
Oecussi-Ambeno (Pante Makasar)
Viqueque (Cabira-Oan)
Nama yang diantara tanda kurung adalah ejaan alternatif yang sering dipakai pada masa integrasi.
Secara administratif Timor Leste dibagi menjadi 13 distrik, 65 subdistrik, 442 sucos (desa), dan 2.225 aldeias. Berikut adalah daftar distrik di Timor Leste:
- Aileu
- Ainaro
- Baucau
- Bobonaro
- Cova-Lima (Suai)
- Dili
- Ermera
- Lautem (Lospalos)
- Liquica
- Manatuto
- Manufahi (Same)
- Oecussi-Ambeno (Pante Makasar)Viqueque (Cabira-Oan)
Militer di Timor Leste
F-FDTL
adalah pertahanan militer utama di Timor Timur. F-FDTL dirintis pada
bulan Februari 2001. F-FDTL memiliki tugas utama untuk melindungi Timor
Leste dari serangan luar.
Timor Leste juga mempunyai pertahanan internal yang bernama PNTL (Polícia Nacional de Timor-Leste).
Ekonomi Timor Leste
Timor Leste memiliki komoditas ekspor seperti kopi, marmer, minyak, dan kayu. Pertumbuhan ekonomi
Timor Leste berkisar 10% pada tahun 2011. Perekonomian Timor Timur
diklasifikasi sebagai ekonomi dengan pendapatan menengah ke bawah oleh
Bank Dunia. 20% penduduk menganggur, dan 52,9% hidup dengan kurang dari
US $ 1,25 per hari. Sekitar setengah dari penduduk buta huruf.
Negara
ini terus menderita akibat dampak setelah perjuangan kemerdekaan selama
puluhan tahun melawan Indonesia, yang mengakibatkan rusaknya
infrastruktur dan banyaknya ribuan pengungsi warga sipil. Walaupun telah
merdeka, Timor Leste masih sangat tergantung dengan pasokan
barang-barang dari Indonesia mulai dari sembako sampai bahan bakar
minyak (BBM) terutama melalui provinsi Nusa Tenggara Timur.
Selain
amat tergantung secara politik kepada mantan penjajah Portugal, Timor
Leste mengadopsi mata uang Dolar Amerika Serikat sebagai mata uang yang
mengakibatkan daya beli rakyat jauh menurun dibandingkan ketika masih
menjadi provinsi Indonesia. Pada November 2007, terdapat sebelas
kecamatan dimana kebutuhan makanan harus dipasok oleh bantuan
internasional. Belum ada hukum perlindungan hak cipta di Timor Leste.
Saat
ini tiga bank asing memiliki cabang di Dili: ANZ National Bank, Banco
Nacional Ultramarino yang merupakan anak perusahaan dari bank terbesar
Portugal Caixa Geral de Depósitos, dan Bank Mandiri.
Salah
satu proyek jangka panjang menjanjikan yang pernah ada adalah
pengembangan dan exploitasi minyak bumi dan gas alam bersama dengan
Australia di sebelah tenggara perairan Timor. Setelah revolusi Anyelir,
pemerintahan kolonial Portugis memberikan konsesi pada Oceanic
Exploration Corporation untuk pengembangan dan exploitasi tersebut.
Namun, hal ini gagal terlaksana dikarenakan oleh Operasi Seroja pada
tahun 1976. Kemudian setelahnya, sumber daya dibagi antara Indonesia dan
Australia dengan Perjanjian Celah Timor pada tahun 1989.
Agama di Timor Leste
Berdasarkan
sensus 2010, 96,9% penduduk beragama Katolik, 2,2% Protestan, 0,3%
Muslim, dan 0,5% lainnya atau tidak beragama. Agama Katolik telah
bercampur dengan tradisi lokal. Jumlah gereja meningkat dari 100 pada
tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.
Timor
Timur menjadi salah satu dari hanya dua negara yang didominasi oleh
umat Katolik Roma di Asia (bersama Filipina), di beberapa bagian di
Indonesia Timur juga mempunyai mayoritas penduduk beragama Katolik
seperti Nusa Tenggara Timur. Karena mayoritas penduduk beragama Katolik,
maka kini terdapat tiga keuskupan (diosis) yaitu: Diosis Dili, Diosis
Baucau dan Diosis Maliana yang baru didirikan pada tanggal 30 Januari
2010 oleh Paus Benediktus XVI.
Bahasa
Timor
Leste mempunyai dua bahasa resmi yaitu Portugis dan Tetun. Bahasa Tetun
termasuk rumpun bahasa Austronesian yang diucapkan di sekitar Asia
Tenggara. Selain itu dalam konstitusi disebutkan pula bahwa Bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kerja. Selain itu terdapat
pula belasan bahasa daerah, diantaranya: Bekais, Bunak, Dawan,
Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka, Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero,
Makasai, Mambai, Tokodede, dan Wetarese.
Dalam
praktek keseharian, masyarakat banyak menggunakan bahasa Tetun Portugis
sebagai bahasa ucap. Sementara bahasa Indonesia banyak dipakai untuk
menulis. Misalnya anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan bahasa
Indonesia untuk ujian akhir. Banyak mahasiswa dan dosen lebih memilih
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis
karangan ilmiah.
Di
bawah pemerintahan Suharto, penggunaan bahasa Portugis dilarang, dan
Bahasa Indonesia hanya diperbolehkan untuk digunakan dalam pemerintahan,
sekolah, dan perusahaan. Bahasa Tetun dan Portugis diperlukan untuk
Timor Leste untuk menggantikan budaya Jawa. Saat ini bahasa Portugis di
Timor Leste diajarkan dan dipromosikan secara luas dengan bantuan dari
Brasil dan Portugal, meskipun terdapat keengganan dari beberapa kalangan
muda berpendidikan. Saat ini bahasa Portugis hanya diucapkan oleh
kurang dari 600 orang.
Terdapat enam bahasa yang hampir punah di Timor Leste yaitu Adabe, Habu, Kairui-Midiki, Maku'a, Naueti, Waima'a.
Menurut
Laporan Pembangunan PBB 2006, hanya kurang dari 5% dari penduduk Timor
berbicara bahasa Portugis secara fasih. Meskipun demikian, validitas
laporan ini dipertanyakan oleh para anggota institut linguistik nasional
Timor, yang mempertahankan pendapat bahwa bahasa Portugis diucapkan
hingga 25% dari penduduk Timor. Seiring dengan bahasa lokal lainnya,
bahasa Tetum merupakan bahasa yang paling umum digunakan untuk
berkomunikasi, sementara itu bahasa Indonesia masih banyak digunakan di
media dan sekolah dari SMA hingga perguruan tinggi. Sebagian besar kata
dalam bahasa Tetum berasal dari bahasa Portugis, tetapi juga terdapat
kata-kata serapan dari bahasa Indonesia, contohnya adalah notasi
bilangan.
Budaya di Timor Leste
Budaya
di Timor Leste dipengaruhi oleh banyak budaya luar, termasuk Portugis,
Katolik Roma, dan Indonesia. Budayanya lebih banyak dipengaruhi oleh
legenda Austronesian.
DI negara ini juga terdapat tradisi puisi
yang kuat. Salah satunya adalah Perdana Menteri Xanana Gusmão. Dalam
arsitektur, beberapa bangunan gaya Portugis ditemukan, rumah tradisional
Tetun di bagian timur yang dikenal sebagai uma lulik (rumah suci), dan lee teinu (rumah panggung) di Fataluku.
Radio
adalah media yang paling populer. Stasiun Radio Televisi Timor Leste
diluncurkan pada tahun 2002. Radio publik menjangkau 90% penduduk,
sementara TV publik mempunyai jangkauan yang lebih kecil. Timor Leste
mempunyai 2.300 pengguna internet pada bulan Desember 2011.
Timor
Leste telah mengikuti berbagai organisasi olahraga seperti
International Olympic Committee (IOC), International Association of
Athletics Federations (IAAF), International Badminton Federation (IBF),
Union Cycliste Internationale, International Weightlifting Federation,
International Table Tennis Federation (ITTF), dan Tim Nasional Sepakbola
Timor Leste bergabung dengan FIFA. Timor Leste juga telah mengikuti
berbagai ajang olahraga internasional seperti SEA Games dan Olimpiade.
Pendidikan di Timor Leste
Angka
melek huruf pada tahun 2010 mencapai 58,3%, meningkat dari hanya 37,6%
di tahun 2001. Pada tahun 2006, 10%-30% siswa kanak-kanak tidak
bersekolah.
Timor
Leste mempunyai Universitas Nasional Timor Leste. Sejak kedatangan
Portugis, jumlah sekolah meningkat dari 50 menjadi lebih dari 800. Di
negara ini terdapat pula empat perguruan tinggi.
Kesehatan di Timor Leste
Usia
harapan hidup adalah 60,7 di tahun 2007. Angka kelahiran adalah enam
kelahiran per wanita. Usia hidup sehat adalah 55 tahun pada tahun 2007.
Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan adalah US$150 per orang di tahun
2006. Banyak orang Timor Leste kekurangan air minum yang aman. Terdapat
dua rumah sakit dan 14 puskesmas pada tahun 1974. Pada tahun 1994
meningkat menjadi 11 rumah sakit dan 330 pusat kesehatan.
Angka
mortalitas bayi pada tahun 2010 adalah 370 per 100.000 kelahiran, 928,6
pada tahun 2008, dan 1016,3 pada tahun 1990. Resiko kematian ibu hamil
adalah 1 dari 44.